Saat Ikhwanul Muslimin membakari kantor Ikhwanul Muslimin
Oleh: Gharibul Ikhwan
Seperti unta hidup di tengah padang pasir, mati karena kehausan, padahal
air ada di punuknya.Tema ini memerlukan lebih banyak konsentrasi, karena saya akan mencoba
untuk menjelaskan hubungan yang sangat mengagumkan antara unta, fisika
benda langit dan Ikhwan. Dengan meminta pertolongan kepada Allah, saya
katakan:
Sesungguhnya benda-benda langit dan langit yang difirmankan oleh Allah:
(لَخَلْقُ السََّماوَاتِ وَالأَْرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَِّاس وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَِّاس لاَ یَعْلَمُونَ)
"Sungguh penciptaan langit dan bumi itu lebih besar dari penciptaan
manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak memahaminya." (QS.
Ghafir [40]: 57)
Benda-benda langit dan langit memiliki hukum-hukum fisika, kimia,
matematika, arsitek dan lain-lain; yang mengokohkan dan mengatur
urusannya. Semua hukum tersebut dijalankan dan diatur secara langsung
oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, tidak ada makhluk yang
lebih besar dari-Nya, tidak ada sesuatu makhluk pun yang tersembunyi dan
tidak diketahui-Nya. Inilah awal keimanan nabi Ibrahim 'alaihis salam.
Maka lihatlah kembali benda-benda langit dan langit dua kali, niscaya
engkau tidak akan melihat ada kekurangan padanya. Sebuah keserasian
yang sangat mengagumkan, sebuah karya yang agung dalam pengaturan
urusan langit dan bumi, tidak ada celah dan kekurangan padanya.
Manusia menerima amanat yang langit, bumi dan gunung pun keberatan
untuk mengembannya. Sungguh manusia itu sangat zalim dan bodoh. Maka
langit dan bumi tetap diperjalankan menurut hukum-hukum tersebut yang
menjaga keseimbangannya. Sementara kita, umat manusia, menerima
amanat tersebut.
Maka Allah menciptakan bagi kita kehidupan dunia dan Allah menyerahkan
kepada kita sebagian hukum-hukum-Nya yang tidak tercampuri oleh sedikit
pun celah kekurangan. Allah memberi kita pilihan untuk menetapi hukumhukum
tersebut dan hal itu dinamakan-Nya ketaatan. Allah juga memberi
kita pilihan untuk tidak menetapi hukum-hukum tersebut dan hal itu
dinamakan-Nya kemaksiatan. Sementara hukum-hukum-Nya disebut syariat.
Jika hukum-hukum fisika merupakan praktik keseimbangan bagi alam
semesta, maka syariat merupakan hukum-hukum keseimbangan bagi
sebagian makhluk bernama "manusia", yang tinggal di planet bumi. Maka
seluruh alam semesta dan makhluk dalam kondisi tunduk (istilah Al-
Qur'annya adalah sujud) secara totalitas kepada hukum-hukum Allah. Hal ini
sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta'ala:
(أَلَمْ تَرَ أ نَ اللهََّ یَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السََّموَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُُّجومُ وَالْجِبَالُ وَالشََّجرُ
وَالدََّوابُّ وَكَثِیرٌ مِنَ النَِّاس وَكَثِیرٌ حَقَّ عَلَیْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ یُهِنِ اللهَُّ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إ نِ اللهََّ یَفْعَلُ مَا یَشَاءُ )
"Tidakkah kamu mengetahui bahwasanya bersujud kepada Allah segala
makhluk yang berada di langit dan di bumi, demikian juga sujud kepada-Nya
matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, binatang
melata dan banyak manusia? Tetapi banyak manusia yang pantas
mendapatkan azab. Dan barangsiapa yang dihinakan oleh Allah niscaya
tiada seorang pun yang dapat menjadikannya mulia. Sesungguhnya Allah
Maha Mengerjakan apa yang Dia kehendaki."(QS. Al-Hajj [22]: 18)
Duhai alangkah ingkarnya manusia itu. Apakah kalian bisa menemukan ada
seorang manusia yang mampu merubah hukum-hukum fisika dan hukumhukum
magnet? Hal yang dimampui oleh manusia hanyalah mengarahkan
sebagian penerapan hukum-hukum fisika dan magnet untuk kepentingan
manusia. Ia mempergunakan akalnya dan membuat inovasi untuk memetik
buah-buah dari hukum-hukum tersebut, karena ia tidak akan mampu untuk
merubah hukum-hukum tersebut. Ia tidak mampu mengadakan hukumhukum
tersebut, tidak pula menghilangkannya.
Sementara itu berkenaan dengan syariat, maka sungguh manusia itu paling
banyak membantah. Bukannya melakukan inovasi dalam mempraktekkan
hukum-hukum syariat dan mempergunakan akalnya untuk mengambil buah
darinya, meminum dari mata airnya; manusia justru menentang hukumhukum
syariat, tidak cerdas memahaminya, bahkan bodoh dan hina. Ia
diberi akal oleh Allah, namun ia justru mengkafiri (menolak, mengingkari,
membenci dan memusuhi—pent) syariat-Nya dan berdalih ia bebas memilih.
Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta'ala:
(أَوَلَمْ یَرَ الإِنسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِیمٌ مُبِینٌ * وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ .. )
"Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setetes mani, ternyata dia kemudian menjadi musuh yang nyata. Dan dia
membuat perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiannya." (QS.
Yasin [36]: 77-78)
Syariat bukanlah hukum hudud (pidana Islam) semata, namun ia adalah
undang-undang manusia di planet bumi, agar selaras dan serasi dengan
alam semesta. Maka Anda tidak akan melihat adanya kekurangan pada
penciptaan dan ketetapan-Nya. Dengan begitulah hadits-hadits tentang
akhir zaman bisa dipahami, ketika Isa 'alaihis salam memerintah planet bumi
dengan Islam:
(یَنْزِلُ عِیسَى ابْنُ مَرْیَمَ إِمَامًا هَادِیًا وَمِقْسَطًا عَادِلا ، فَإِذَا نَزَلَ كَسَرَ الصَِّلیبَ ، وَقَتَلَ الْخِنْزِیرَ ، وَوَضَعَ الْجِزْیَةَ
، وَتَكُونُ الْمِلَُّة وَاحِدَةً ، وَیُوضَعُ الأَمْرُ فِي الأَرْضِ ، حَتَّى أ نَ الأَسَدَ لَیَكُونُ مَعَ الْبَقَرِ تَحْسِبُهُ ثَوْرَهَا ، وَیَكُونُ
الذِّئْبُ مَعَ الْغَنَمِ تَحْسِبُهُ كَلْبَهَا ، وَتُرْفَعُ حُمَةُ كُلِّ ذ اَت حُمَةٍ حَتَّى یَضَعَ الرَُّجلُ یَدَهُ عَلَى ر أَسْ الْحَنَشِ فَلا
یَضُرُُّه ، وَحَتَّى تُفِرَّ الْجَارِیَةُ الأَسَدَ ، كَمَا یُفَرُّ وَلَدُ الْكَلْبِ الصَِّغیرِ ، وَیُقَوََّم الْفَرَسُ الْعَرَبِيُّ بِعِشْرِینَ دِرْهَمًا ،
وَیُقَوََّم الثَّوْرُ بِكَذَا وَكَذَا ، وَتَعُودَ الأَرْضُ كَهَیْئَتِهَا عَلَى عَهْدِ آد مَ ، وَیَكُونَ الْقِطْفُ یَعْنِي الْعِنْقَادَ یَأْكُلُ مِنْهُ النََّفرُ
ذ وُ الْعَدَدِ ، وَتَكُونَ الرَُّمَّانةُ یَأْكُلُ مِنْهَا النََّفرُ ذ وُ الْعَدَدِ)
"Isa bin Maryam akan turun sebagai seorang pemimpin, pemberi petunjuk
dan penguasa yang adil dan menegakkan keadilan. Jika ia telah turun, ia
akan mematahkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah, dan hanya
ada satu agama (Islam) dan perintah Allah dilaksanakan di muka bumi.
Sampai-sampai seekor singa akan damai bersama dengan kumpulan sapi
betina seakan kumpulan sapi betina itu mengganggapnya sebagai sapi
jantannya, seekor srigala akan damai bersama kawanan kambing seakan
kawanan kambing itu menganggapnya anjing penjaga.
Pada waktu itu bisa dihilangkan dari setiap hewan berbisa, sampai-sampai
seseorang meletakkan telapak tangannya pada kepala seekor ular berbisa
namun hal itu tidak mencelakainya, sampai-sampai seorang anak
perempuan bermain dengan seekor singa seperti bermainnya anak anjing
yang kecil.
Pada waktu itu seekor kuda Arab hanya berharga 20 dirham, sementara
seekor sapi akan dihargai segini dan segini (sangat mahal, karena zaman
tersebut zaman cocok tanam dan kemakmuran, bukan zaman perang,
pent). Bumi akan kembali kepada keadaannya semula seperti pada masa
nabi Adam. Sampai-sampai setangkai kurma bisa mengenyangkan banyak
orang dan setangkai anggur bisa mengenyangkan banyak orang."(HR.
Ma'mar bin Rasyid dalam Al-Jami' no. 1465)
Ini yang berkaitan dengan fisika benda-benda langit dan hukum-hukum alam.
Adapun unta adalah Ikhwan yang Allah karuniakan syariat kepada mereka,
namun mereka ragu-ragu terhadapnya, malu-malu darinya, dan menawarnya
demi meraih ridha Barat, orang-orang liberal dan orang-orang sekuler, dan
mereka menuntut daulah madaniyah, negara sipil (Negara berdasar hukum
buatan manusia, bukan negara berdasar syariat Islam, pent). Maka
pantaslah apabila mereka terkena sabda Nabi yang tercinta:
مَنْ أَرْضَى اللهَ فِي سَخَطِ النَِّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَرْضَى النََّاس فِي سَخَطِ اللهِ سَخِطَ اللهُ عَلَیْهِ وَأَسْخَطَعَلَیْهِ النََّاس
"Barangsiapa membuat Allah ridha walau manusia tidak menyukainya,
niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa membuat manusia ridha
walau Allah tidak menyukainya, niscaya Allah akan membencinya dan Allah
akan membuat manusia membencinya." (HR. Ibnu Hibban)
Pembakaran terhadap kantor Ikhwanul Muslimin pada kemarin malam
merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri:
(أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِیبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَیْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إ نِ اللهََّ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِیرٌ)
"Maka mengapa kalian heran ketika kalian ditimpa musibah, padahal kalian
telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh kalian). Kalian
bertanya-tanya: "Dari manakah datangnya musibah ini?" Katakanlah:
"Musibah ini karena perbuatan kalian sendiri. Sungguh Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu."(QS. Ali Imran [3]: 165)
Sesungguhnya Allah tidak berbuat sia-sia dengan hamba-hamba-Nya:
(أَفَحَسِبْتُمْ أَنََّما خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَُّكمْ إِلَیْنَا لاَ تُرْجَعُونَ)
"Maka apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian main-main
(tanpa tujuan) dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?"
(QS. Al-Mu'minun [23]: 115)
Allah memiliki hukum-hukum yang pasti berlaku dan tidak berubah. Allah
menjadikan jihad sebagai puncak ajaran Islam, dan syariat Islam tidak akan
mencapai kemenangan kecuali dengan jihad, tidak dengan demokrasi yang
hasil-hasilnya telah kita lihat kemarin malam, di Tahrir Square dan jalanan
Mesir.
Ustadz Sayid Qutub rahimahullah menulis:
"Sesungguhnya agama ini merupakan pengumuman umum bagi pembebasan
manusia di muka bumi dari peribadatan (perbudakan dan penuhanan)
kepada sesama makhluk, dengan mengumumkan hak peribadatan milik Allah
semata dan hak rububiyah Allah atas seluruh alam!
Sesungguhnya pengumuman rububiyah Allah semata atas seluruh alam
berarti revolusi menyeluruh terhadap kedaulatan manusia dalam seluruh
potret, bentuk, pemerintahan dan sistemnya; dan pembangkangan secara
menyeluruh terhadap setiap bentuk sistem di muka bumi yang menetapkan
hak menetapkan hukum bagi manusia dalam bentuk apapun.
Hal itu karena sebuah sistem di mana hak menetapkan hukum diserahkan
kepada manusia dan sumber kekuasaan-kekuasaannya adalah manusia…
merupakan sebuah penuhanan manusia, sebagian mereka menjadikan
sebagian lainnya sebagai Rabb-rabb (tuhan-tuhan pengatur) selain Allah.
Sesungguhnya pengumuman (rububiyah Allah semata atas seluruh alam) ini
berarti mencabut kembali kekuasaan Allah yang dirampas (oleh manusia),
mengembalikannya kepada Allah dan mengusir orang-orang yang
merampasnya.
Sesungguhnya pengumuman (rububiyah Allah semata atas seluruh alam) ini
berarti kerajaan manusia untuk menegakkan kerajaan Allah di muka bumi.
Atau meminjam istilah Al-Qur'an:
وَهُوَ الَِّذي فِي السََّماءِ إِلَهٌ وَفِي الأَْرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِیمُ الْعَلِیمُ
"Dan Dialah Ilah (satu-satunya Tuhan yang berhak diibadahi) di langit dan
Ilah di bumi, dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS.
Az-Zukhruf [43]: 84)
Semua hal ini tidak akan terlaksana dengan tabligh dan bayan (dakwah
dengan lisan, pent) semata, karena orang-orang yang menguasai hambahamba
Allah dan merampas kekuasaan Allah di muka bumi tidak akan
pernah menyerahkan kekuasaan mereka hanya dengan tabligh dan bayan
semata. Jika (tabligh dan bayan semata telah cukup untuk menegakkan
hukum Allah di muka bumi, pent), maka alangkah mudahnya pekerjaan para
rasul dalam menegakkan agama Allah di muka bumi! Hal itu jelas bertolak
belakang dengan sejarah para rasul dan sejarah agama ini selama
perjalanan generasi demi generasi!
Orang yang memahami tabiat agama ini ---seperti penjelasan di depan---
akan mengetahui keharusan dimulainya pergerakan Islam dalam bentuk jihad
dengan pedang, di samping jihad dengan bayan." Dari buku Ma'alim fit
Thariq.
Ikhwanul Muslimin telah menelantarkan syariat Islam dalam aksi sejuta umat
menuntut penerapan syariat Islam, dan sebelum itu Ikhwanul Muslimin juga
telah meninggalkan jihad. Di sini yang saya maksudkan adalah para
pemimpin Ikhwanul Muslimin, bukan anggota-anggotanya. Maka hendaklah
mereka mengetahui bahwa urusan revolusi Mesir masih berada dalam
seperempat pertama, "pertempuran" memperjuangkan syariat masih berada
di awal perjalanannya dan barangsiapa tidak memiliki sarana-sarananya ---
sarana paling penting adalah kekuatan, yaitu kekuatan lengan dan senjata
seperti dikatakan oleh asy-syahid Hasan Al-Banna--- niscaya ia telah kalah
perang sebelum peperangan dimulai.
Berikut ini sebagian petikan yang berkaitan dengan tema ini, yang telah saya
uraikan dalamm kajian-kajian sebelumnya.
Petikan dari kajian berjudul Hawiyyul Watsan
"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kesehatan. Kebenaran tidak mungkin
akan menang kecuali ketika kebatilan dihancurkan. Itulah sunatullah yang
abadi, tidak mungkin pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan bertemu.
abadi, tidak mungkin pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan bertemu.
Sebelum berhias, sudah pasti harus dibersihkan lebih dahulu semua
kotoran. Jika kebatilan telah bercokol kuat dalam jiwa manusia, maka
menyingkirkan kebatilan tersebut akan menyakitkan dan mencabutnya
sungguh berat.
Inilah massa meneriakkan slogan-slogan berhala-berhala baru, saat ia
mengutuk berhala-berhala yang lama. Ini pasti ada harganya. Bangsabangsa
Arab dan bangsa-bangsa Islam harus membayarkan harga
kebebasan, harga sikap diamnya atas kebatilan selama beberapa dekade,
harga atas merasuknya ke dalam hati masyarakat rasa cinta kepada berhala
demokrasi, nasionalisme dan sampah-sampah pemikiran manusia lainnya.
Sebagian bangsa akan memulai pembersihan kotoran tersebut sebelum
mereka mengetahui penggantinya yang benar. Melompat kepada sesuatu
yang belum diketahui ini merupakan perkara yang menakutkan.
Sesungguhnya tumbangnya rezim-rezim diktator berarti runtuhnya negaranegara
dan runtuhnya undang-undang yang selama ini memerintah rakyat.
Maka dimulailah era kekacauan, seperti telah ditulis oleh Abu Bakar Naji
(dalam bukunya, Idaratu At-Tawahhusy, pent) beberapa tahun yang lalu."
Petikan dari kajian berjudul As-Sultan Al-Qahir
"Inilah yang belum dipahami oleh gerakan-gerakan Islam dan oposisi yang
berlari memburu kursi kekuasaan, sehingga mereka memasuki bangunan,
mengerahkan segenap usahanya untuk menjaga dinding, jendela dan
pintunya, padahal pondasi di bawah telapak kaki mereka telah hancur:
فَأَتَى اللهَُّ بُنْیَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَیْهِمُ السَّقْفُ مِنْ فَوْقِهِمْ
"Maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari pondasinya, lalu
atap rumah itu jatuh menimpa mereka dari atas mereka." (QS. An-Nahl
[16]: 26)
Maka mereka akan menanggung akibat dari keruntuhan tersebut di hadapan
umat dan sejarah, sementara mereka sendiri lalai, tidak mampu membaca
fase sejarah."
"Ketika nampak bagi mereka ada kesempatan untuk terjun di panggung
politik praktis bersama thaghut, maka mereka segera berlari dengan cepat
tanpa perencanaan atau peninjauan ulang, maka mereka pun terjatuh ke
dalam lubang! Mereka meyakini bahwa angan-angan kemenangan telah tiba
saatnya! Mereka lalai bahwa kebenaran dan kebatilan tidak akan pernah
bersatu di sebuah tempat dan tidak akan pernah bersepakat dalam suatu
zaman. Laa haula wa laa quwwata illa billah, hasbunallah wa ni'mal wakil."
Kalimat terakhir tentang Muhammad Mursi, yang meminta pinjaman riba dari
Bank Dunia:
(وَلَوْ أَنُّهمْ أَقَامُواْ التّوْرَاةَ وَالإِنْجِیلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَیهِمْ مّن رّبِّهمْ لأكَلُواْ مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم مّنْهُمْ أُمٌّة
مّقْتَصِدَةٌ وَكَثِیرٌ مّنْهُمْ سَآءَ مَا یَعْمَلُونَ)
"Dan sekiranya mereka (Yahudi dan Nasrani) sungguh-sungguh menjalankan
hukum-hukum Taurat, Injil dan kitab suci yang diturunkan kepada mereka
dari Rabb mereka (Al-Qur'an) niscaya mereka akan mendapatkan makanan
(rizki) dari atas mereka dan dari bawah mereka. Di antara mereka ada
sekelompok orang yang jujur dan taat. Akan tetapi mayoritas mereka sangat
buruk apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Maidah [5]: 66)
Hampir saja saya lupa, "Barangsiapa memusuhi wali-Ku ---baik di Sinai, Mali
maupun Somalia--- niscaya Aku telah mengumumkan peperangan
terhadapnya" (HR. Bukhari)
Sekarang, sudah pahamkah kalian kenapa manusia disifati sebagai makhluk
yang sangat zalim dan sangat bodoh?
Karena….
Ia seperti unta hidup di tengah padang pasir, mati karena kehausan,
padahal air ada di punuknya
Hasbunallah wa ni'mal wakil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar